Monday, June 4, 2012

SUATU MALAM PENUH HIKMAH


Assalaamu'alaikum Wr. Wb.

Suatu malam sehabis Isya, tampak seorang Wanita berumur 45 tahun dengan mata teduh dan tawa renyah sedang duduk di teras belakang sebuah rumah. Duduk menghadap kolam ikan. Di dinding sebelah kiri, duduk gadis berumur 20-an, yang wajahnya masih tersisa sedikit lelah karena pulang bekerja. Si Gadis memanggil Sang Wanita, Mbak Ustadzah. Karena demikianlah adanya. Sang Wanita itu memang seorang Ustadzah. Dan semasa kecil gadis itu belajar mengaji padanya hingga berusia 15 tahun. Sampai kemudian Sang Ustadzah harus menikah.

Keduanya membicarakan cerita dan kejadian sehari-hari. Dengan tema yang sangat ringan, mengalir, tapi membawa banyak hikmah yang luar biasa untuk Si Gadis.


Sang Ustadzah menceritakan jalan hidupnya. Bahwa dia dan suami mempunyai misi yang sama, “Ingin membawa pengetahuan agama (Islam) ke daerah yang tergolong menengah ke bawah”. Sang Ustadzah seorang PNS, guru, begitu juga suaminya. Mereka berdua tinggal di suatu daerah yang termasuk daerah “bawah” dimana menurut Si Gadis, Sang Ustadzah bisa tinggal di daerah yang jauh lebih layak dari itu. Sampai saat ini Sang Ustadzah sudah dikaruniai 3 orang anak. Sang suami mempunyai 11 orang anak yatim. Sang Ustadzah mempunyai tanggungjawab untuk mengelola sebuah pondok pesantren untuk meneruskan kegiatan Sang Ayah (mayoritas siswa-siswinya adalah menengah ke bawah) dengan total murid 100 orang. Jadi, jika ditotal Sang Ustadzah dan Suaminya harus mengelola penghasilannya untuk 114 anaknya (anak, karena mereka menyebut murid adalah Anak yang dititipkan Allah SWT kepada mereka).

Si Gadis bertanya,  “Mbak, gimana caranya menghidupi serta membagi perhatian untuk keluarga dan juga 114 anak?“.

Sebelum menjawab, Sang Ustadzah tersenyum, menatap teduh, lalu kemudian bertanya, “Kamu pernah merasa apa yang kamu khawatirkan sesungguhnya tidak terjadi ketika kamu sudah membulatkan tekad?”.

“Emmm,, tidak selalu… kadang…”. Si Gadis menjawab sambil terus bergumam dan berusaha mengingat-ingat.

“Sepertinya memang tidak mungkin, aku dan suamiku sanggup menanggung biaya hidup untuk 114 anak-anakku. Sampai detik kami bertekad untuk melakukan itu, sesungguhnya memang tidak tahu harus bagaimana. Kami hanya punya satu  hal saja, Niat. Dan Alhamdulillah rezeki datang persis dan tepat saat kami memerlukannya. Banyak orang baik. Dan orang baik akan melakukan hal yang baik. Memang keputusan ini membawa kami dengan konsekuensi yang tidak mudah”.

Sang Ustadzah, memandang Si Gadis sebentar, “Kamu pernah memasak air?”

“Pernah…”

“Kapan air kamu angkat dari kompor?”

“Ketika sudah mendidih, Mbak..” Si Gadis menjawab, penuh dengan tanda tanya dalam otaknya.

Seperti itulah hidup… Kamu akan menjadi berguna setelah kamu matang. Untuk matang kamu perlu dimasak dulu hingga benar-benar siap untuk diangkat. Dan proses memasak itu sakit, sebelum kamu benar-benar kesakitan, kamu belum akan diangkat Oleh-Nya. Sama seperti air, dia belum diangkat dari kompor kalau dia belum benar-benar mendidih. dan itu panas”.


Semoga bermanfaat!

No comments:

Post a Comment